"Membuat kenangan berharga bisa menginspirasi atau mendukung seseorang, walaupun hanya perubahan kecil, itu tidak akan terjadi kecuali seseorang melakukannya" Yoshino Nao
"Ini bukan pabrik, ini adalah SMA dimana aku sekolah. SMA Teknik Perfectur Asuka dimana sebagian besar siswanya adalah laki-laki". Kata-kata ini selalu muncul ditiap episode yang menggambarkan kegelisahan Yoshino Nao (Take Emi). Yoshino Nao merasa menyesal gagal ujian yang membawanya masuk ke sekolah teknik. Seorang perempuan cantik masuk ke sekolah yang 99% berisi laki-laki dan melakukan berbagai kegiatan fisik, sangat menarik dan ide yang begitu unik. Mengangkat kehidupan dunia teknik industri (dalam Indonesia biasanya SMK/STM), dorama yang merupakan adaptasi manga karya Hayashi Mori yang berjudul sama ini disutradari oleh Naomi Tamura dan Renpei Tsukamoto.
Yoshino Nao merasa sangat terpaksa bersekolah di Asuka. Di awal-awal, Yoshino sudah terkena berbagai masalah karena tidak biasa dengan pekerjaan keras. Yoshino sering ceroboh ketika berada diruangan praktek, menjatuhkan berbagai macam peralatan, dan sering tersandung. Di dalam kelas, Nao sering merasa jengkel dengan ulah teman-temannya yang laki-laki semua, seperti berkelahi, berbicara jorok ala lelaki, bermain, bahkan berganti pakaian di kelas, dan lain-lain. Impiannya untuk menjalani kehidupan SMA yang normal seperti berkumpul dengan teman-teman wanita, berpacaran, membicarakan hal-hal normal lainnya kini musnah disekolah ini.
Sikap Yoshino ini membuat teman-temannya merasa risih dan dipandang rendah. Tamaki Makoto (Kaku Kento) dengan kepribadian mudah tersinggung ini yang awalnya menyindir Yoshino. Yoshino sempat frustasi karena tidak diterima teman-temannya, bahkan dia tidak mempunya tempat ataupun seseorang untuk sekedar diajak curhat. Bahkan satu-satunya teman wanita Yoshino, Aizawa Momo (Gouriki Ayame) malah memusuhinya karena tidak suka berteman dengan perempuan.Yoshino makin membulatkan tekadnya untuk pindah sekolah. Tapi kakeknya, Yoshio Fijoyo (Sasano Takshi), yang menjebloskannya ke Asuka mencoba membujuknya bertahan. Untungnya disekolah masih ada sosok Sugisaki sensei (Shiraishi Miho), guru perempuan pengurus UKS dan juga sang wali kelas Omukai sensei (Katsumura Masanobu) yang membuat Yoshino sedikit terkurangi bebannya.
Namun seiring berjalannya waktu, semakin Yoshino mencoba berbaur bahkan tanpa sengaja mencampuri urusan pribadi teman-teman kelasnya, Yoshino makin mengerti dan terbiasa kehidupan barunya ini dengan cara mencoba memandang dari sudut pandang yang lain. Tidak seperti dirinya, teman-temannya yang lain menaruhkan harapan tinggi pada sekolah ini karena berkaitan langsung dengan masa depan mereka sehingga mereka berusaha lulus meski sikapnya banyak yang berandal. Meski kurang memerhatikan di kelas, tapi ketika praktek semua serius dan terlihat ramah, bersatu, dan saling menolong. Karena itu Yoshino mencoba bekerja keras agar tidak tertinggal, namun meski begitu Yoshino tetap membulatkan tekadnya untuk pindah sekolah.
Teman-teman yang lain perlahan mulai menerima Yoshino. Hal itu dikarenakan Yoshino telah membantu menyelesaikan masalah mereka dan mempersatukan kelas. Karena itu, teman-teman sekelas mencoba memahami situasi Yoshino bahkan mencoba membantunya untuk pindah dengan cara membantunya belajar untuk tes dan memberikan dukungan. Namun siapa sangka perhatian yang diberikan teman-temannya membuat dirinya bimbang, dilema, plus galau. Dari hal ini saya berpendapat bahwa sentuhan wanita memang ajaib dan sangat diperlukan. Entah apa jadinya 3 tahun yang akan mereka lalui jika tanpa Yoshino atau bahkan tanpa sosok lembut wanita.
Banyak kisah menarik dan lucu dalam dorama 9 episode ini. Siapa sangka dengan latar yang unik seperi sekolah teknik mampu membawa kita kembali bernostalgia dengan kehidupan sekolah yang umum seperti bagaimana kita mempunyai konflik dengan teman, bulliying, momen bersatunya kelas, hingga kisah cinta yang tergambarkan melalui cinta segituga Tamaki Makoto-Yoshino Nao-Yokoyama Aruto (Matsuzaka Tori). Masalah komedi, saya paling suka momen yang menyertakan Omukai sensei dan kakek Yoshino, selalu ada kalimat yang mengocok perut.
Ini adalah dorama ke empat yang saya tonton, dan sejauh ini saya melihat kehasan tersindiri untuk dorama Jepang. Yakni adanya pemfokusan atau penggalian karakter lebih dalam di masing-masing konflik per episodenya.
Rating : 9
No comments:
Post a Comment