Tuesday, April 16, 2013

[Indo-Movie] Ada Apa Dengan Cinta? (2002)



Film bertema cinta dengan kategori remaja alias teen romance di Indonesia saat ini sudah banyak tercipta dari para seniman hebat di bidang perfilman Indonesia. Hanya saja, berbicara mengenai film cinta remaja di Indonesia tak lengkap rasanya kalau kita tidak membahas film Ada Apa Dengan Cinta? atau biasa disingkat AADC. Pasalnya, ditengah kebobrokan perfilman Indonesia di era 90an, AADC hadir menjadi sebuah tonggak kebangkitan serta berdirinya era baru perfilman Indonesia di awal 2000-an. Bahkan bisa dibilang AADC merupakan pelopor menjamurnya film remaja saat ini. Banyak yang berpendapat hadirnya film AADC membuat perfilman Indonesia lebih berwarna dengan makin banyaknya sutradara yang berani keluar jalur (film esek-esek) dengan mengambil beberapa genre. Lalu sefenomenal sih film "Ada Apa Dengan Cinta?" Ini?.


Ada Apa dengan Cinta? Di sutradarai Rudi Soedjarwo dan diproduseri oleh duet jenius Riri Riza dan Mira Lesmana serta di distribusikan oleh Miles Production. Film ini dirilis diberbagai Negara sperti di beberapa Negara kawasan Asia Tenggara hingga Amerika dan Jepang. Judul lain dari film ini adalah What’s Up With Love? (English) dan Ganbare, Ai (Jepang). Film ini menceritakan sosok Cinta (Dian Sastrowardoyo) dalam menghadapi permaslahannya baik itu kisah cintanya bersama Rangga (Nicolas Saputra) ataupun kisah persahabatan dengan geng nya yang beranggotakan Alya (Ladya Cheryl), Karmen (Adinia Wirasti), Maura (Titi Kamal), dan Milly (Sissy Priscilla).
Cinta dengan sahabat-sahabatnya Maura, Alya, Milly, dan Karmen

Berawal dari puisi berakhir pada kisah cinta. Kisah cinta Cinta dan Rangga dimulai pada pengumuman pemenang lomba puisi di sekolah. Cinta yang merupakan langganan juara lomba puisi dikejutkan oleh sesorang bernama Rangga yang merupakan juara baru. Cinta yang terkejutpun mulai penasaran dengan karya ciptaan Rangga, puisi yang ditulis Rangga dibacanya terus menerus dan mencoba memahami makna kata-katanya. Cinta yang terkagum dengan puisi itu pun akhirnya menjadi heran, mengapa seseorang yang berbakat sepertinya baru muncul kali ini, kemana sajakah dia selama ini?. Cinta yang merupakan pengurus mading bersama teman-teman gengnya mencoba untuk mewawancarai pemenang lomba puisi tersebut, karena agenda dari mading tersebut harus menyertakan profil sang pemenang untuk ditampilkan di mading. Disinilah cerita cinta itu terjalin.

Rangga yang mempunyai watak pendiam, penyendiri, dan juga serius ternyata tidak pernah mendaftarkan diri untuk lomba puisi tersebut, puisi itu justru didaftarkan oleh Pak Wardiman, satpam sekolah yang menjadi satu-satunya teman Rangga disekolah. Sosoknya yang penyendiri membuatnya kurang ramah terhadap orang lain. Cinta pun menjadi korban ketidakramahan Rangga. Cinta yang mencoba mewawancarai Rangga di perpustakaan sekolah pada akhirnya justru saling cekcok karena ketidaksediaan Rangga diwawancarai. Kesan pertama yang tidak menyenangkan itu membuat Cinta merasa jengkel, tapi dia tertarik dengan buku klasik yang dipegangnya dengan judul AKU karya Sjumandjaya. Ketertarikan mereka berdua mengenai sastra lah yang menjadi dasar pembentukan chemistry pada film ini. Selanjutnya, bumbu-bumbu cinta mulai hadir diantara mereka seiring dengan berkurangnya ketegangan yang sempat ditimbulkan pada kesan pertama. Awal membaiknya hubungan mereka dimulai ketika buku AKU yang terjatuh sewaktu Cinta dan Rangga kembali bersitegang dikembalikan oleh Cinta setelah sebelumnya dibaca dan di photocopy. Meskipun masih sering bersitegang, tapi kekaguman Cinta akan Rangga yang unik dan juga rasa simpatinya perlahan-lahan membentuk perasaan cinta.

Sayangnya kisah cinta mereka tidak berjalan mulus karena persahabatan Cinta. Moment Rangga selalu tidak tepat, setiap kali hubungan Rangga dan Cinta makin dekat selalu ada permasalahan yang terjadi dengan para sahabatnya, kesibukan Cinta pada Rangga membuat perhatian kepada para sahabatnya berkurang. Hingga puncaknya ketika Alya yang memiliki permasalahan korban kekerasan karena pertengaran orang tuanya mencoba bunuh diri setelah sebelumnya meminta pertolongan kepada Cinta, hanya saja saat itu Cinta sudah membuat janji dengan Rangga. Kejadian itu membuat Cinta shock berat dan depresi bahkan menyalahkan semuanya pada Rangga. Hasilnya hubungan Cinta dan Rangga makin parah, Rangga yang tidak tahu menahu urusan Cinta pun menjadi kecewa berat. Cinta disatu sisi merasa bersalah kepada Rangga, disatu sisi wataknya yang terlalu lebih mementingkan teman-temannya dibanding kepentingan pribadi membuatnya bimbang. Apa yang dipilih Cinta? Persahabatan atau cinta?. Akan lebih baik kalau tidak mengorbankan salah satunya.

Jika anda menonton film ini di era sekarang mungkin kalian akan menganggap film ini biasa, belum lagi adegan-adegan yang sangat “pasaran” saat ini. Tapi jangan salah, di zamannya film ini justru dianggap sesuatu yang baru, malah film saat ini banyak yang terinspirasi akan AADC. Pada zamannya, film ini dianggap sangat menggambarkan realitas remaja saat itu, jadi jika dianggap biasa memang karena film ini mengangkat hal yang biasa terjadi pada masyarakat. Mengenai adegan “pasaran”, justru AADC adalah pelopor adegan-adegan itu seperti misalnya menempelkan jari telunjuk ke bibir lawan mainnya dan juga adegan perpisahan dramatis di bandara.

Ada beberapa hal yang membuat film ini layak tonton dan juga memiliki nilai lebih dibanding film teen-romance lain bahkan hingga saat ini. Film ini tidak hanya focus pada kisah cinta layaknya film saat ini yang tidak ada bedanya dengan FTV. Film ini sukses mengambil sudut pandang lain mengenai sisi positif remaja seperti kesukaan Cinta dan Rangga terhadap dunia sastra, sehingga ada informasi mengenai dunia sastra yang dapat dibagikan kepenonton. Selain itu konflik iringan yang ada pun bisa dikatakan sebagai suatu kritik, contohnya kasus Alya yang mengkritik para orang tua dan juga konflik ayahnya Rangga yang menyentil pemerintah khususnya Orde Baru.

Mengenai teknis dari film ini, kemampuan sang sutradara merakit konflik cukup baik dan terasa pas. Jika melihat zaman saat itu dibandingkan dengan penilaian sekarang rasanya bisa dikatakan serba biasa.  Sementara dari segi music, Melly Goeslow dan Anto Hoed sukses membangun suasana dalam film bahkan soundtracknya pun melejit ditangga lagu Indonesia. Hanya saja saya merasa ada bagian yang kurang pada pengembangan karakter Rangga. Nicolas Saputra memang sukses memerankan tokoh yang pendiam, dingin, penyuka sastra klasik, dan juga tidak suka terhadap keramaian, hanya saja pengembangan karakter Rangga terhadap hadirnya sosok Cinta serta bagaimana sosok Rangga sebenarnya belum bisa digambarkan dengan baik oleh sang sutradara. Beda halnya dengan Cinta, Dian Sastro sukses memerankan cewek yang cukup popular, intelek, percaya diri, dan mengagumi sastra, mengenai pengembangan karakterpun sang sutradara berhasil menyajikan metamorfosis karakternya, sementara masalah acting Dian Sastro meski tidak bisa dibilang sempurna tapi cukup berhasil. 

Harus diakui memang film ini merupakan salah satu masterpiece karya anak bangsa. Film ini menurut saya memang bukanlah film terbaik negeri ini, bukan pula film kategori remaja terbaik karena statusnya sudah digeser oleh seniman-seniman film selanjutnya, hanya saja film ini masih bisa dikatakan sebagai film teen romance terbaik Indonesia karena saya belum melihat ada film cinta remaja yang mempunyai lapisan konflik yang cukup selaras untuk dipadukan dengan konflik utama seperti yang dilakukan AADC?.

Rating : 8.5

No comments:

Post a Comment